BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Saat masa dewasa ini diperlukan kemantapan tentang pengetahuan dan
penerapan konsep–konsep etika, moral dan akhlak. Ketiga hal tersebut sangat
dibutuhkan dalam menjalani kehidupan ini agar bisa selamat dunia dan akhirat
nantinya. Etika, moral dan akhlak manusia menentukan prilku, sikap dan
tatanan hidupnya, orang yang tidak beretika, bermoral dan berakhlak maka
manusia itu adalah manuasia yang hanya hidupnya akan merusak alam
semesta, seperti saat ini misalnya banyak nya manusia atau pemimpin yang tidak
memiliki etika, moral dan akhlak yang baik makanya mereka korupsi dalam
mengambang kewajibannya.
Mereka adalah orang berilmu tetapi ilmu merekan hanya diterapkan dalam hal
yang negatif. Tanpa sadar bahwa mereka itu adalah tergolong orang yang yang
solimi sesame manusia, oleh karena pentingnya kesedaran dan perlunya menambah
wawasan tentang etika, moral dan akhlak maka itu yang menjadi latar belakang
masalah penulisan makalah yang berjudul etika, moral dan akhlak.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.
Bagaimana konsep etika, moral dan akhlak?
2.
Bagaimana karakteristik etika dalam islam?
3.
Apa saja indikator manusia berakhlak itu?
4.
Bagaimana cara mengaktualisasikan akhlak dalam
kehidupan sehari hari sebagai seorang muslim?
1.3 TUJUAN
- Menambah wawasan kepada pembaca terhadap konsep etika, moral dan akhlak
- Memahami karakteristik etika dalam Islam.
- Mengetahui indikator manusia yang berakhlak.
- Mengetahui dasar dan cara mengaktualisasikan akhlak dalam kehidupan sehari hari sebagai seorang muslim
1.4 MANFAAT
1)
Memberi pengetahuan kepada pembaca mengenai akhlak,
etika dan moral sesuai dengan agama islam.
2)
Memberikan pemaham tentang perlunya
etika, moral dan akhalk bagi setiap insan yang hidup.
3)
Pembaca diharapkan mampu merubah akhlak yang kurang
baik menjadi akhlak yang sesuai ajaran islam.
4)
Sebagai pedoman dan tolak ukur berperilaku dalam
kehidupan sehari-hari.
5)
Menjadikan makalah ini sebagai referensi
yang sederhana tentang etika, moral dan akhlak.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 KONSEP AKHLAK, MORAL, DAN ETIKA
2.1.1 Konsep Akhlak
Secara bahasa bentuk jamak dari
akhlak adalah khuluq, yang memiliki arti tingkah laku, perangai dan tabiat.
Secara istilah, akhlak adalah daya kekuatan jiwa yang mendorong perbuatan
dengan mudah dan spontan tanpa dipikir dan direnungkan lagi. (Azyumadi.2002.203-204)
Untuk menjelaskan pengertian akhlak dari segi istilah,
kita dapat merujuk kepada berbagai pendapat para pakar di bidang ini. Ibn
Miskawaih (w. 421 H/1030 M) yang selanjutnya dikenal sebagai pakar bidang
akhlak terkemuka dan terdahulu misalnya secara singkat mengatakan bahwa akhlak
adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan
perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
Sementara itu, Imam Al-Ghazali (1015-1111 M) yang
selanjutnya dikenal sebagai hujjatul Islam (pembela Islam), karena
kepiawaiannya dalam membela Islam dari berbagai paham yang dianggap
menyesatkan, dengan agak lebih luas dari Ibn Miskawaih, mengatakan akhlak
adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan
dengan gambling dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
Definisi-definisi akhlak tersebut secara subtansial
tampak saling melengkapi, dan darinya kita dapat melihat lima cirri yang
terdapat dalam perbuatan akhlak, yaitu; pertama, perbuatan akhlak adalah
perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang, sehingga telah menjadi
kepribadiaannya. Kedua, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan
mudah dan tanpa pemikiran. Ini tidak berarti bahwa saat melakukan sesuatu perbuatan,
yang bersangkutan dalam keadaan tidak sadar, hilang ingatan, tidur atau gila.
Ketiga, bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri
orang yang mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar. Perbuatan
akhlak adalah perbuatan yang dilakukan atas dasar kemauan, pilihan dan
keputusan yang bersangkutan. Keempat, bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan
yang dilakukan dengan sesungguhnya, bukan main-main atau karena bersandiwara.
Kelima, sejalan dengan cirri yang keempat perbuatan akhlak (khususnya akhlak
yang baik) adalah perbuatan yang dilakukan karena ikhlas semata-mata karena
Allah, bukan karena ingin dipuji orang atau karena ingin mendapatkan suatu
pujian. (Amiruddin.2010)
2.1.2 Konsep Moral
Secara bahasa dibentuk dari bentuk dari kata mores
yang artinya adat kebiasaan. Moral ini selalu dikaitkan dengan ajaran
baik/buruk yang diterima umum/masyarakat. .(Azyumadi.2002.203-204)
Selanjutnya moral dalam arti istilah adalah suatu
istilah yang digunakan untuk menentukan batas-batas dari sifat, perangai,
kehendak, pendapat atau perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar,
salah, baik atau buruk.
Berdasarkan kutipan tersebut diatas, dapat dipahami
bahwa moral adalah istilah yang digunakan untuk memberikan batasan terhadap
aktifitas manusia dengan nilai (ketentuan) baik atau buruk, benar atau salah.
Jika pengertian etika dan moral tersebut dihubungkan satu dengan lainnya, kita
dapat mengetakan bahwa antara etika dan moral memiki objek yang sama, yaitu
sama-sama membahas tentang perbuatan manusia selanjutnya ditentukan posisinya
apakah baik atau buruk. (Amiruddin.2010)
2.1.3 Konsep Etika
Sebuah tatanan perilaku berdasarkan suatu sistem tata
nilai suatu masyarakat tertentu, etika lebih banyak dikaitkan dengan ilmu atau
filsafat, karena itu yang menjadi standar baik dan buruk adalah akal manusia.
(Azyumadi.2002.203-204)
Berikutnya, dalam encyclopedia Britanica, etika
dinyatakan sebagai filsafat moral, yaitu studi yang sitematik mengenai sifat
dasar dari konsep-konsep nilai baik, buruk, harus, benar, salah, dan
sebagainya. Dari definisi etika tersebut, dapat segera diketahui bahwa etika
berhubungan dengan empat hal sebagai berikut. Pertama, dilihat dari segi objek
pembahasannya, etika berupaya membahas perbuatan yang dilakukan oleh manusia.
Kedua dilihat dari segi sumbernya, etika bersumber pada akal pikiran atau
filsafat. Sebagai hasil pemikiran, maka etika tidak bersifat mutlak, absolute
dan tidak pula universal. Ia terbatas, dapat berubah, memiliki kekurangan, kelebihan
dan sebagainya.
Selain itu, etika juga memanfaatkan berbagai ilmu yang
membahas perilaku manusia seperti ilmu antropologi, psikologi, sosiologi, ilmu
politik, ilmu ekonomi dan sebagainya. Ketiga, dilihat dari segi fungsinya,
etika berfungsi sebagai penilai, penentu dan penetap terhadap sesuatu perbuatan
yang dilakukan oleh manusia, yaitu apakah perbuatan tersebut akan dinilai baik,
buruk, mulia, terhormat, hina dan sebagainya. Dengan demikian etika lebih
berperan sebagai konseptor terhadap sejumlah perilaku yang dilaksanakan oleh
manusia. Etika lebih mengacu kepada pengkajian sistem nilai-nilai yang ada.
Keempat, dilihat dari segi sifatnya, etika bersifat relative yakni dapat
berubah-ubah sesuai dengan tuntutan zaman.
Dengan cirri-cirinya yang demikian itu, maka etika
lebih merupakan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan upaya menentukan
perbuatan yang dilakukan manusia untuk dikatan baik atau buruk. Berbagai
pemikiran yang dikemukakan para filosof barat mengenai perbuatan baik atau
buruk dapat dikelompokkan kepada pemikiran etika, karena berasal dari hasil
berfikir. Dengan demikian etika sifatnya humanistis dan antroposentris yakni
bersifat pada pemikiran manusia dan diarahkan pada manusia. Dengan kata lain
etika adalah aturan atau pola tingkah laku yang dihasulkan oleh akal manusia. .
(Amiruddin.2010)
2.1.4 Perbedaan Akhlak, Moral, dan
Etika
1.Akhlak : standar perenentuan Al-Qur’an dan Al-Hadits
2.Moral : besifat lokal/khusus
3.Etika : lebih bersifat teoritis/umum
(Azyumadi.2002.203-204)
Perbedaaan antara etika, moral, dan susila dengan
akhlak adalah terletak pada sumber yang dijadikan patokan untuk menentukan baik
dan buruk. Jika dalam etika penilaian baik buruk berdasarkan pendapat akal
pikiran, dan pada moral dan susila berdasarkan kebiasaan yang berlaku umum di
masyarakat, maka pada akhlak ukuran yang digunakan untuk menentukan baik buruk
itu adalah al-qur’an dan al-hadis.
Perbedaan lain antara etika, moral dan susila terlihat
pula pada sifat dan kawasan pembahasannya. Jika etika lebih banyak bersifat
teoritis, maka pada moral dan susila lebih banyak bersifat praktis. Etika
memandang tingkah laku manusia secara umum, sedangkan moral dan susila bersifat
local dan individual. Etika menjelaskan ukuran baik-buruk, sedangkan moral dan
susila menyatakan ukuran tersebut dalam bentuk perbuatan. (Amiruddin.2010)
2.2 KAREKTERISTIK AKHLAK ISLAM
Secara sederhana akhlak Islami dapat diartikan sebagai
akhlak yang berdasarkan ajaran Islam atau akhlak yang bersifat Islami. Kata
Islam yang berada di belakang kata akhlak dalam hal menempati posisi sebagai
sifat. Dengan demikian akhlak Islami adalah perbuatan yang dilakukan dengan
mudah, disengaja, mendarah-daging dan sebenarnya yang didasarkan pada ajaran
Islam. Dilihat dari segi sifatnya yang universal, maka akhlak Islami juga
bersifat universal. Namun dalam rangka menjabarkan akhlak islami yang universal
ini diperlukan bantuan pemikiran akal manusia dan kesempatan sosial yang
terkandung dalam ajaran etika dan moral.
Dengan kata lain akhlak Islami adalah akhlak yang
disamping mengakui adanya nilai-nilai universal sebagai dasar bentuk akhlak,
juga mengakui nilai-nilai bersifat lokal dan temporal sebagai penjabaran atas
nilai-nilai yang universal itu. Namun demikian, perlu dipertegas disini, bahwa
akhlak dalam ajaran agama tidak dapat disamakan dengan etika atau moral,
walaupun etika dan moral itu diperlukan dalam rangka menjabarkan akhlak yang
berdasarkan agama (akhlak Islami). Hal yang demikian disebabkan karena etika
terbatas pada sopan santun antara sesama manusia saja, serta hanya berkaitan
dengan tingkah laku lahiriah. Jadi ketika etika digunakan untuk menjabarkan
akhlak Islami, itu tidak berarti akhlak Islami dapat dijabarkan sepenuhnya oleh
etika atau moral.
Ruang lingkup akhlak Islami adalah sama dengan ruang
lingkup ajaran Islam itu sendiri, khususnya yang berkaitan dengan pola
hubungan. Akhlak diniah (agama/Islam) mencakup berbagai aspek, dimulai dari
akhlak terhadap Allah, hingga kepada sesama makhluk (manusia, binatang,
tumbuh-tumbuhan, dan benda-benda yang tak bernyawa).
2.3 KARAKTERISTIK ETIKA DALAM ISLAM
Etika dalam Islam memiliki karakteristik sebagai
berikut:
- Etika Islam mengajarkan dan menuntun manusia kepada tingkah laku yang baik dan menjauhkan diri dari tingkah laku yang buruk.
- Etika Islam menetapkan bahwa yang menjadi sumber moral, ukuran baik dan buruknya perbuatan seseorang didasarkan kepada al-Qur’an dan al-Hadits yang shohih.
- Etika Islam bersifat universal dan komprehensif, dapat diterima dan dijadikan pedoman oleh seluruh umat manusia kapanpun dan dimanapun mereka berada.
- Etika Islam mengatur dan mengarahkan fitrah manusia kejenjang akhlak yang luhur dan mulia serta meluruskan perbuatan manusia sebagai upaya memanusiakan manusia.
2.4 INDIKATOR
MANUSIA BERAKHLAK
Manusia berakhlak adalah manusia
yang suci dan sehat hatinya, sedang manusia tidak berakhlak ( a moral ) adalah
manusia yang kotor dan sakit hatinya. Namun sering kali manusia tidak sadar
kalau hatinya sakit. Kalaupun dia sadar tentang kesakitan hatinya, ia tidak berusaha
untuk mengobatinya. Padahal penyakit hati jauh lebih berbahaya ketimbang
penyakit fisik. Seseorang yang sakit secara fisik jika penyakitnya tidak dapat
diobati dan disembuhkan ujungnya hanya kematian. Kematian bukanlah akhir dari
segala persoalan melainkan pintu yang semua orang akan memasukinya. Tetapi
penyakit hati jika tidak disembuhkan maka akan berakhir dengan kecelakaan di
alam keabadian.
Indikator manusia berakhlak (husn
al-khuluq), kata Al-Ghazali, adalah tertanamnya iman dalam hatinya. Sebaliknya
manusia yang tidak berakhlak (su’u al-khuluq) adalah manusia yang ada nifaq
di dalam hatinya. Nifaq artinya sikap mendua dalam Tuhan. Tidak ada
kesesuaian antara hati dan perbuatan. Iman bagaikan akar dari sebuah tumbuhan.
Sebuah pohon tidak akan tumbuh pada akar yang rusak dan kropos. Sebaliknya
sebuah pohon akan baik tumbuhnya bahkan berbuah jika akarnya baik. Amal akan
bermakna jika berpangkal pada iman, tetapi amal tidak membawa makna apa-apa
apabila tidak berpangkal pada iman. Demikian juga amal tidak bermakna apabila
amal tersebut berpangkal pada kemunafikan. Hati orang beriman itu bersih, di
dalamnya ada pelita yang bersinar dan hati orang kafir itu hitam dan malah
terbalik.
Taat akan perintah Allah, juga tidak
mengikuti keinginan syahwat dapat mengkilaukan hati, sebaliknya melakukan dosa
dan maksiat dapat menghitamkan hati. Barang siapa melakukan dosa, hitamlah
hatinya dan barang siapa melakukan dosa tetapi menghapusnya dengan kebaikan,
tidak akan gelaplah hatinya hanya cahaya itu berkurang. Dengan mengutip
beberapa ayat Al Qur’an dan Hadits, selanjutnya Al-Ghazali mengemukakan
tanda-tanda manusia beriman, diantaranya :
a.
Manusia beriman adalah manusia yang khusu’ dalam
shalatnya
b.
Berpaling dari hal-hal yang tidak berguna (tidak ada
faedahnya)
c.
Selalu kembali kepada Allah
d.
Mengabdi hanya kepada Allah
e.
Selalu memuji dan mengagungkan Allah
f.
Bergetar hatinya jika nama Allah disebut
g.
Berjalan di muka bumi dengan tawadhu’ dan tidak
sombong
h.
Bersikap arif menghadapi orang-orang awam
i.
Mencintai orang lain seperti ia mencintai dirinya
sendiri
j.
Menghormati tamu
k.
Menghargai dan menghormati tetangga
l.
Berbicara selalu baik, santun dan penuh makna
m.
Tidak banyak berbicara dan bersikap tenang dalam
menghadapi segala persoalan
n.
Tidak menyakiti orang lain baik dengan sikap
maupun perbuatan
Sufi yang lain mengungkapkan
tanda-tanda manusia berakhlak, antara lain : Memiliki budaya malu dalam
interaksi dengan sesamanya, tidak menyakiti orang lain, banyak kebaikannya,
benar dan jujur dalam ucapannya, tidak banyak bicara tapi banyak bekerja,
penyabar, hatinya selalu bersama Allah, tenang, suka berterima kasih, ridha
terhadap ketentuan Allah , bijaksana, hati-hati dalam bertindak, disenangi
teman dan lawan, tidak pendendam, tidak suka mengadu domba, sedikit makan dan
tidur, tidak pelit dan hasad, cinta karena Allah dan benci karena Allah.
Ketika Rasulullah ditanya tentang
perbedaan mukmin dan munafik, Rasulullah menjawab, orang mukmin keseriusannya
dalam shalat, puasa dan ibadah sedangkan orang munafik kesungguhannya dalam
makan minum layaknya hewan. Hatim al-‘Asam seorang ulama tabi’in menambahkan,
bahwa indikator mukmin adalah manusia yang sibuk dengan berfikir dan hikmah,
sementara munafik sibuk dengan obsesi dan panjang angan-angan, orang mukmin
putus harapan terhadap manusia kecuali pada Allah. Sebaliknya orang munafik
banyak berharap kepada sesama manusia dan bukan kepada Allah. Mukmin merasa
aman dari segala sesuatu kecuali dari Allah, munafik merasa takut oleh segala
sesuatu kecuali oleh Allah. Mukmin berani mengorbankan hartanya demi agamanya
sedangkan munafik berani mengorbankan agamanya demi hartanya. Mukmin menangis
dan berbuat baik, munafik berbuat jahat dan tertawa terbahak-bahak. Mukmin
senang berkhalawat (bersemedi) sedang munafik senang keramaian. Mukmin menanam dan
menjaga agar tidak terjadi kerusakan, munafik menuai dan mengharap keuntungan.
Mukmin memerintah dan melarang (amar ma’ruf nahi munkar) untuk
kekuasaan, maka kerusakannlah yang terjadi.
Kalau akhlak dipahami sebagai
pandangan hidup, maka manusia berakhlak adalah manusia yang menjaga
keseimbangan antara hak dan kewajiban dalam hubungannya dengan Tuhan, sesama
makhluk dan alam dalam arti luas.
2.5 AKTUALISASI AKHLAK DALAM BERBAGAI BIDANG
KEHIDUPAN
Kedudukan akhlak dalam agama Islam
adalah identik dengan pelaksanaan agama Islam itu sendiri dalam segala bidang
kehidupan. Maka pelaksanaan akhlak yang mulia adalah melaksanakan
kewajiban-kewajiban dan menjauhi segala larangan-larangan dalam agama, baik
yang berhubungan dengan Allah maupun yang berhubungan dengan makhluknya,
dirinya sendiri, orang lain dan lingkungannya dengan sebaik-baiknya,
seakan-akan melihat Allah dan apabila tidak bisa melihat Allah maka harus yakin
bahwa Allah selalu melihatnya sehingga perbuatan itu benar-benar dilaksanakan
dengan sebaik-baiknya.
Akhlak yang perlu diaktualisasikan
dalam kehidupan adalah sebagai berikut:
1. Akhlak kepada Allah swt.
1. Akhlak kepada Allah swt.
a.
Mentauhidkan Allah swt. (QS. Al-Ikhlas/112:1-4)
b.
Beribadah kepada Allah swt. (QS. Adz-Dzaariyat/51:56)
c.
Berdzikir kepada Allah swt. (QS. Ar- Ra’d/13:28)
d.
Tawakkal kepada Allah swt. (QS. Hud/111:123)
2. Akhlak terhadap diri sendiri
a.
Sabar (QS. Al-Baqarah/2:153)
b.
Syukur (QS. An-Nahl/16:14)
c.
Tawaddu (QS. Luqman/31:18)
d.
Iffah, yaitu mensucikan diri dari perbuatan terlarang
(QS. Al-Isra/17:26)
e.
Amanah (QS. An-Nisa/14:58)
f.
yajaah (QS. Al-Anfaal/18:15-16)
g.
Qanaah (QS. Al-Isra/17:26)
3. Akhlak terhadap orang lain
1. Akhlak
terhadap kedua orang tua (QS. Al-Isra/17:23-24)
2. Akhlak
terhadap keluarga, yaitu mengembangkan kasih sayang, keadilan dan perhatian.
(QS. An-Nahl/16:90 dan QS. At-Tahrim/66:6)
3. Akhlak
terhadap tetangga (QS. An-Nisa/4:36)
4. Akhlak terhadap lingkungan
Berakhlak terhadap lingkungan hidup adalah di mana
manusia menjalin dan mengembangkan hubungan yang harmonis dengan alam
sekitarnya. Allah menyediakan kekayaan alam yang melimpah hendaknya disikapi
dengan cara mengambil dan memberi dari dan kepada alam serta tidak dibenarkan
segala bentuk perbuatan yang merusak alam. Maka alam yang terkelola dengan baik
dapat memberi manfaat yang berlipat ganda, sebaliknya alam yang dibiarkan
merana dan diambil manfaatnya saja justru mendatangkan malapetaka bagi manusia.
(QS. Al-Qashash/28:77, QS. ar-Rum/30:41, dan QS. Hud/11:61)
Upaya mengubah kebiasaan yang buruk
menurut Ahmad Amin sebagaimana yang dikutip Ishak Solih adalah dengan hal-hal
sebagai berikut:
a.
Menyadari perbuatan buruk, bertekad untuk
meninggalkannya
b.
Mencari waktu yang baik untuk mengubah kebiasaan itu
untuk mewujudkan niat atau tekad semula
c.
Menghindarkan diri dari segala yang dapat menyebabkan kebiasaan
buruk itu terulang
d.
Berusaha untuk tetap berada dalam keadaan yang baik
e.
Menghindarkan diri dari kebiasaan yang buruk dan
meninggalkannya dengan sekaligus
f.
Menjaga dan memelihara baik-baik kekuatan penolak
dalam jiwa, yaitu penolak terhadap perbuatan yang buruk. Perbuatan baik
dipelihara dengan istiqomah, ikhlas dan jiwa tenang
g.
Memilih teman bergaul yang baik, sebab pengaruh kawan
itu besar sekali terhadap pembentukkan watak pribadi
h.
Menyibukkan diri dengan pekerjaan yang bermanfaat
Sementara Al-Ghazali berpendapat,
bahwa upaya mengubah akhlak yang buruk adalah dengan kesadaran seseorang akan
akhlaknya yang jelek pada dirinya. Ada empat cara untuk dapat membantu setiap
orang dalam masalah ini, yaitu :
a.
Dengan menjadi murid seorang pembimbing spiritual (syaikh).
b.
Dengan minta bantuan seorang teman yang tulus, taat
dan punya pengertian. Teman ini diminta untuk mengamati keadaan dan kondisi
orang tersebut dengan teliti dan mengatakan kepadanya tentang
kekurangan-kekurangan yang nyata dan tersembunyi pada dirinya
c.
Dengan mengetahui kekurangan kita dari seseorang yang
tidak menyenangi kita. Orang yang tidak senang kepada kita lebih banyak melihat
kekurangan yang ada pada diri kita ketimbang kebaikannya
d.
Dengan bergaul bersama orang banyak dan memisalkan
kekurangan yang dilihat pada orang lain bagaikan ada pada diri kita.
Selanjutnya ia menyatakan bahwa
keburukan jiwa dapat dipulihkan secara permanen jika substansinya dihancurkan.
Ini hanya dapat dilaksanakan dengan menghilangkan penyebab keburukan itu. Oleh
sebab itu ia sering mengatakan bahwa penyembuhan penyakit hati tergantung pada
penghalang dan faktor penyebabnya. Carilah factor penyebabnya kemudian
sembuhkan dengan obat rohani yang tepat dan cocok. Selanjutnya ia mengatakan :
“Ketahuilah bahwa keburukan jiwa adalah penyakitnya,
dan pembersihan jiwa dari penyakit memakai suatu obat…..Bagi tiap penyakit jiwa
ada obat yang sebanding dengan kecil besarnya penyakit itu. Pakailah obat untuk
penyakit itu jika ia menimpa kamu dengan memberikan penawar penyakit atau
memotong pangkalnya”.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Berikut beberapa kesimpulan dari pemaparan tentang akhlak, etika, dan moral
dalam Islam :
- Akhlak adalah daya kekuatan jiwa yang mendorong perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa dipikir dan direnungkan lagi. Moral adalah istilah yang digunakan untuk memberikan batasan terhadap aktivitas manusia dengan nilai (ketentuan) baik atau buruk, benar atau salah. Etika adalah studi yang sitematik mengenai sifat dasar dari konsep-konsep nilai baik, buruk, harus, benar, salah, dan sebagainya.
- Perbedaan Akhlak, Moral Dan Etika:
Akhlak: standar perenentuan
Al-Qur’an dan Al-Hadits
Moral : besifat lokal/khusus
Etika : lebih bersifat teoritis/umum
- Karakteristik akhlak Islam adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah, disengaja, mendarah-daging dan sebenarnya yang didasarkan pada ajaran Islam.
- Islam memiliki etika dimana etika etika dalam islam semua mengarahkan kita ke jalan yang benar.
- Manusia berakhlak adalah manusia yang suci dan sehat hatinya.
- Akhlak yang perlu diaktualisasikan antara lain akhlak kepada Allah SWT, diri sendiri, orang lain dan lingkungan sekitar
3.2 SARAN
Setelah menyelesaikan pembahasan makalah yang berjudul “PENTINGNYA AKHLAK,
MORAL dan ETIKA”, Penulis mengharapkan pembaca dapat mengetahui dan memahami
perilaku baik dan buruk dalam kehidupan, sehingga dapat mengaplikasikan
perilaku baik tersebut sesuai dengan ajaran Agama Islam, serta menjauhi dan
meninggalkan perilaku yang tidak sesuai dengan Ridho’ Allah SWT.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu, Drs., H., dkk. 1991. MKDU Dasar-Dasar Pendidikan Agama
Islam untuk Perguruan Tinggi. Jakarta : Bumi Aksara.
Azra, Azyunardi, prof., Dr., dkk. 2002. Buku Teks Pendidikan Agama Islam
pada Perguruan Tinggi Umum. Jakarta : Direktur Perguruan Tinggi Agama
Islam.
Derajat, Zakiah, Prof., Dr., dkk. 1984. Dasar-Dasar Agama Islam.
Jakarta ; Bulan Bintang.
Nurdin, Muslim, Drs., K.H., dkk. Moral dan Kognisi Islam (Buku teks
Agama Islam untuk Perguruan Tinggi Umum). Bandung : CV Alvabeta.
ConversionConversion EmoticonEmoticon